Berapa Banyak Kita Boleh Makan Durian Dalam Sehari

Penipuan Kripto dan AI: Ancaman Baru yang Mengkhawatirkan

PRIA4D - Pada tahun 2024, penipuan kripto mencapai rekor baru dengan kerugian total mencapai 9,9 miliar dolar AS (sekitar Rp 153 triliun). Riset dari Chainalysis memprediksi angka ini dapat meningkat menjadi 12,4 miliar dolar AS (sekitar Rp 192 triliun), seiring terungkapnya lebih banyak dompet digital yang terlibat. Laporan Chainalysis yang dirilis oleh CNBC menunjukkan peningkatan penipuan kripto rata-rata 24 persen sejak 2020. Salah satu penyebab utama adalah tren penipuan asmara, dikenal sebagai "pig butchering". 

Penipuan Kripto dan AI: Ancaman Baru yang Mengkhawatirkan

Modus ini melibatkan penipu yang mendekati korban melalui media sosial atau aplikasi kencan, lalu membujuk mereka untuk berinvestasi dalam skema palsu sebelum menghilang dengan uang mereka. Pada 2024, pendapatan dari modus ini meningkat hampir 40 persen dibanding tahun sebelumnya. Transaksi terkait penipuan ini juga melonjak hingga 210 persen, menunjukkan peningkatan jumlah korban, meskipun kerugian rata-rata per korban lebih kecil. Sebagian besar penipuan ini berasal dari sindikat kejahatan siber di Asia Tenggara namun mulai menyebar ke wilayah lain. 

Pada Desember lalu, otoritas Nigeria menangkap 792 orang dalam penggerebekan sebuah kompleks yang diduga menjadi pusat penipuan asmara yang menargetkan korban di Eropa dan Amerika. Selain itu, investigasi ProPublica pada 2022 mengungkap sindikat kriminal di China yang memperdagangkan korban ke Kamboja, Laos, dan Myanmar untuk dipekerjakan sebagai pelaku penipuan di bawah ancaman kekerasan. Selain penipuan asmara, modus kejahatan lain juga beroperasi dalam jaringan ini. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekosistem kejahatan ini adalah platform ilegal seperti Huione Guarantee. 

Platform berbahasa Mandarin ini berfungsi sebagai pusat jual beli layanan untuk menjalankan berbagai jenis penipuan, mulai dari pencucian uang hingga penyediaan data korban dan perangkat lunak kecerdasan buatan (AI) untuk membuat penipuan lebih meyakinkan. Sejak 2021, transaksi melalui Huione Guarantee dan afiliasinya telah mencapai 70 miliar dolar AS (sekitar Rp1.085 triliun). Pada 2024, vendor teknologi penipuan di platform ini meraup 375,9 juta dolar AS (sekitar Rp5,8 triliun). Beberapa produk yang ditawarkan meliputi layanan pencucian uang, akun media sosial palsu, dan perangkat lunak AI yang dapat meniru identitas orang lain untuk menipu korban. Kecerdasan buatan mempermudah pelaku dalam menjalankan aksinya. Pada 2024, pendapatan dari layanan AI di platform Huione meningkat 1.900 persen dibanding tahun sebelumnya, seperti dilaporkan oleh PRIA4D.

Teknologi ini memungkinkan penipu menciptakan situs web palsu, deepfake wajah dan suara, serta konten lain yang membuat korban percaya pada skema investasi palsu. Kasus penipuan deepfake yang menargetkan perusahaan besar juga meningkat sejak kemunculan ChatGPT pada 2022. Beberapa perusahaan kehilangan jutaan dolar akibat penjahat yang menggunakan AI untuk meniru suara eksekutif dan mengelabui karyawan agar mentransfer dana ke rekening palsu. Chainalysis menekankan bahwa lonjakan kejahatan ini menjadi tantangan serius bagi regulator dan penegak hukum global. Untuk menekan angka penipuan kripto, dibutuhkan kerja sama internasional antara pemerintah, lembaga pengawas keuangan, dan perusahaan teknologi untuk membangun sistem deteksi yang lebih canggih dan menutup celah bagi pelaku kejahatan digital.

Komentar